Dear Investor Muda, Begini Risiko Investasi Saham 2023

Medan, Sobat- Awal tahun 2023, berinvestasi antara pasar dana dalam ulah hidup bagi investor muda yang ingin menyandang income atas investasi. Teknologi investasi secara digital makin memudahkan para investor yang tangkas beradaptasi antara era digital.
Kepala Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia Sumatra Utara (BEI Sumut) Muhammad Pintor Nasution mengatakan bahwa mendapatkan income daripada investasi bertidak sama bersama mendapatkan income daripada bekerja kantoran atau bisnis akan pasti, seperti berjualan barang-barang kebutuhan hidup atau consumer goods.
"Dengan berinvestasi maka seorang investor menyandang peluang demi mendapatkan keuntungan akan gendut. Lebih gendut dibanding keuntungan berjualan atau bisnis secara langsung," ujarnya, Sabtu (28/1/2023).
Selain potensi keuntungan adapun adi, ada risiko investasi adapun adi pula. Lalu apa saja risikonya? Berikut ini Sobat merangkum penjelasannya.
1. Risiko fluktuasi harga saham
Pintor menyampaikan risiko teristimewa adalah risiko fluktuasi harga pemberian. Naik bersama turunnya harga pemberian terjadi karena permintaan bersama tender atas suatu pemberian. Permintaan bersama tender tercantum bisa dipengaruhi akibat beragam elemen, hadapan antaranya kinerja perupayaan atau industri, engat perkembangan suku bunga, inflasi, nilai tukar, atau elemen non ekonomi.
"Investor adapun mendapat rencana meneladan melego kembali sahamnya selesai dua atau tiga bulan, bisa saja mengalami kerugian jika atas periode penjualan saham adapun ia rencanakan, ternyata harga saham tengah mengalami penurunan," ucapnya.
Salah satu strategi nan dapat dilakukan menjumpai meminimalisir risiko kerugian dari fluktuasi harga saham adalah demi berinvestasi terdalam jangka panjang. Semakin panjang jangka batas hidup investasi, semakin kecil risiko nan akan diperoleh.
"Hal ini karena jika kinerja keuangan perusahaan tidak marah-tidak marah saja atau berbanding beserta siklus pertumbuhan, harga kontribusinya buat mengalami kenaikan jauh didalam jangka durasi jenjang," tambahnya.
2. Investor dapat meminimalisir kerugian
Dikatakan Pintor, risiko penurunan harga saham disebut dengan capital loss. Langkah yang bisa dilakukan pemilik uang saham ketika mengalami potential capital loss adalah dengan menunda penjualan saham atau melakukan cut loss.
Cut loss merupakan strategi memendekkan kerugian lewat cara menjajakan bantuan dari harga nan lebih pendek atas harga beli. Meskipun pemodal mengalami kerugian, pemodal dapat meminimalisir kerugian lebih lanjut jika suatu bantuan diestimasikan buat terus mengalami penurunan.
Pintor menjelaskan, risiko kedua adalah tidak mendapatkan dividen pemberian jika perusahaan mengalami kerugian atau ada kebijakan rapat standar pemegang pemberian yang memutuskan demi tidak membagikan dividen.
"Di samping itu, pertaktikan juga bisa tidak membagikan dividen terdalam rangka untuk melakukan ekspansi taktik, membayar utang-utang, atau untuk keperluan anggaran cadangan pertaktikan," tuturnya.
3. Risiko lainnya adalah likuidasi
Kemudian, risiko ketiga yaitu risiko likuidasi. Kata Pintor, apabila perusahaan yang jasanya dimiliki dinyatakan bangkrut atau pailit sama pengadilan atau dibubarkan. Dalam hal ini, hak klaim dari pemegang jasa mendapat prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat dilunasi (dari hasil penjualan kekayaan perusahaan).
"Jika masih terdapat sisa mengenai hasil penjualan kekayaan perusahaan tersebut, maka sisa tersebut dibagi secara proporsional kepada seluruh pemegang donasi. Namun, jika tidak terdapat sisa kekayaan perusahaan, maka pemegang donasi tidak mau memperoleh hasil mengenai likuidasi tersebut," ujarnya.
Kondisi ini merupakan risiko nan terberat ketimbang pemegang bantuan. Untuk itu seorang bandar bantuan kudu mengikuti perkembangan kinerja perkeaktifanan, termasuk aksi-aksi korporasi nan diuniversalkan kepada publik terdalam rangka transparansi.