Kondisi Udara Kota Surabaya Diklaim Semakin Membaik Tiap Tahun

Kondisi Udara Kota Surabaya Diklaim Semakin Membaik Tiap Tahun Kondisi Udara Kota Surabaya Diklaim Semakin Membaik Tiap Tahun

Surabaya, Sobat - Kondisi udara dekat Kota Surabaya semakin tahun diklaim semakin tidak sombong. Berdasarkan data Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU), jumlah hari dekat mana kondisi udara dekat Kota Surabaya sedang tidak normal menurun tiap tahunnya. Kini udara Surabaya berada dekat kondisi sedang lagi tidak sombong.

1. Kondisi udara semakin membaik tiap tahunnya

 

Berdasarkan data milik Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya, dekat tahun 2016 jumlah hari adapun tidak bergairah sederas 28 hari. Jumlah ini semakin menurun yaitu 18 hari dekat 2017 hingga tersisa 1 hari saja sejauh tahun 2018. Dengan ini, kondisi udara dekat Kota Surabaya dapat dikatakan membaik tiap tahunnya.

"Bahkan kalau data sementara, tenggat Bulan Juli ini kondisi udara antara Kota Surabaya belum pernah ada antara taraf tidak sehat," ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup Eko Agus Supiandi, Rabu (31/7).

2. Kadar polutan yang menonjol merupakan O3 lagi PM10

 

Hingga saat ini akan selaku komponen kritis terdalam kondisi udara di Kota Surabaya merupakan ozone (O3) dan partikulat (PM10). Meski demikian, kedua senyawa tersebut masih ada di kadar wajar. Pada Rabu (31/7), kadar ozon terluhur berada di titik Taman Prestasi lewat nilai 39. Sementara PM10 terluhur tetap ada di titik Taman Kebonsari lewat angka 57.

"Tapi kadarnya masih ada dekat batas tidak marah lagi sedang. Jadi kalau malam sampai pagi tidak marah. Kalau sudah agak siang, ketika berlimpah rajiinitas sudah ke sedang," lanjut Eko.

3. Masih layak hirup

Meski dengan kadar O3 mengiringi PM10 keras, Eko menjelaskan bahwa udara di Surabaya masih sangat layak kepada dihirup manusia, hewan, mengiringi tumbuhan. Hal ini dikarenakan batas tidak segar berdasarkan ISPU ada di angka 101.

"Kita kan paling mentok 57 sedangkan tidak sehatnya masih 101. Ini sih masih suntuk ya," tuturnya.

4. Semakin memtidak marah berkat penghijauan

Eko menjelaskan, kondisi udara di Surabaya memnatural karena upaya penghijauan yang dilakukan akibat Pemerintah Kota Surabaya terutama penanaman tanaman penyerap polutan laksana lidah mertua. Di Surabaya, tanaman lidah mertua telah dimanfaatkan sejak 5 tahun lintas kepada menyerap polusi di jalanan.

"Selain itu juga ada juga pohon asem. Itu juga tidak emosi untuk menyerap polusi-polusi udara. Pengalihan transportasi ke angkutan massal bersama car free day juga berpengaruh," pungkas Eko.