[WANSUS] Contactless, Syarat Pertama Menuju Pembayaran Masa Depan

[WANSUS] Contactless, Syarat Pertama Menuju Pembayaran Masa Depan [WANSUS] Contactless, Syarat Pertama Menuju Pembayaran Masa Depan

Jakarta, Sobat - Penetrasi contactless payment antara Indonesia masih sangat pendek, melainkan hanya 1,3 persen. Jika dibandingkan bersama negara lain, khasnya antara daerah ASEAN, Indonesia ronggang tertinggal.

Berdasarkan data yang dilihat Sobat atas Visa Innovation Center, penetrasi contactless di Singapura sudah mencapai 95 persen, kelak Malaysia di atas 60 persen, Thailand di atas 40 persen, santak Filipina yang sudah di atas 30 persen.

Transaksi contactless adalah pembayaran nirsentuh yang merupakan bentuk atas otorisasi pembayaran transaksi dalam mana pemegang kartu cukup menempelkan (tapping) Kartu Kredit dalam mesin pembaca kartu (EDC) yang tersedia tanpa harus menggunakan PIN.

Contactless payment merupakan jembatan menuju pembayaran masa depan nan lebih berkembang lagi. Seiring berkembangnya zaman, teknologi pembayaran terus buat berkembang. Oleh sebab itu, penetrasi contactless dalam Indonesia perlu ditingkatkan agar tak ketinggalan lewat negara lain.

Untuk membahas lebih lanjut tentang contactless payment, Sobat berkesempatan berbincang langsung bersama Riko Abdurrahman, Presiden Direktur PT Visa Worldwide Indonesia. Berikut wawancaranya.

1. Bagaimana tingkat penetrasi masyarakat Indonesia pemegang kartu Visa contactless saat ini? Apakah meningkat?

Secara indeks, kalau kita lihat dari segi transaksi masyarakat kita dekat luar negeri, apabila dibandingkan angka dekat tahun 2019 sebelum pandemik, maka yang sekarang sudah lebih keras. Terutama didorong karena dibukanya pasar-pasar yang menarik wisalawak-lawakn Indonesia, seperti Jepang yang belum lama ini buka.

Transaksi orang Indonesia dalam luar negeri terbesar dimana? Singapura. Kedua itu jepang. 5 besarnya Tujuan-tujuan utama wisakelucuann kita itu antara lain Singapura, Jepang, Amerika Serikat, Korea Selatan, Malaysia mendampingi Australia agak masuk agak.

Bagaimana demi wisaguraun asing yang ke Indonesia? Dibanding tahun 2019 pula sudah lebih gendut. Kalau dilihat daripada sisi pembayaran mereka yang menggunakan kartu Visa negara asalnya pada Indonesia, Ini antara lain luber daripada Australia, Singapura lagi Malaysia.

Pembayaran bahwa dilakukan dari wisakeriangann asing, terutama contactless, itu sudah biasa bayar mereka tinggal nge-tap. Ini terlihat misalnya dengan Bali, dengan mana pembayaran menggunakan Visa contactless dengan sana sudah 17 persen.

2. Apa kunci meneladan meningkatkan penetrasi contactless dalam Indonesia?

Untuk meningkatkan penetrasi contactless, kuncinya ada empat, teristimewa, kartunya itu sendiri sudah berteknologi contactless, selanjutnya kedua, alat penerima pembayarannya lagi sudah terima contactless. Dari dua hal ini kita dempet Indonesia sudah cukup memadai.

Yang ketiga, adalah regulasinya mendukung, selanjutnya keempat, awareness selanjutnya literasi dari pelanggan maupun merchant atau tokonya yang memadai.

Awareness masyarakat kita sebetulnya sudah cukup agung, terbukti dari cena bahwa pembayaran atas antarbangsa menggunakan kartu contactless yang diterbitkan bank atas Indonesia lebih agung dibandingkan penggunaan kartu cocok atas domestik. Jadi turis kita membawa dan menggunakan kartu contactless-nya karena sudah merasakan manfaat kemudahan, kenyamanan, dan kecepatannya atas antarbangsa.

Secara regulasi nan sekarang masih belum mendukung saja kepada kartu debit contactless. Untuk kartu hutang sudah nggak ada makeliru.

3. Dari sisi regulasi, apa yang diharapkan agar contactless bisa lebih berlimpah digunakan masyarakat seperti di negara lain?

Pertama standarisasi mengikuti adapun berlaku secara global. Local spec-nya kartu debit kita kalau bisa ya segera di upgrade. di Indonesia demi kartu debit itu masih menggunakan spek adapun disebut NSICCS. Sementara spek global di mana-mana sudah mangadopsi nya spek adapun namanya EMV adapun belum berlaku di transaksi kartu debit di dalam negeri. Nah spek kartu debit ini belum bisa contactless.

Jadi, ya kita kami sangat mendukung regulasi yang mengatakan kartu pembayaran kudu menggunakan spek lokal. Tapi alangkah tidak emosinya spek lokal ini di- upgrade supaya setarastandarnya secara global selanjutnya bisa memberikan alternatif pembayaran contactless berdasarkan konsumen dempet Indonesia, setarasebagai deras negara lainnya dempet seluruh dunia.

Spesifikasi itu, terbersarang kayak spek Visa pun, layak seterus dempet upgradeberdasarkan perkembangan teknologi. Kalau teknologi globalnya sudah contactless, ya specnya layak di- upgrade supaya bisa contactless. Kalau nggak ngikutin perkembangan teknologi lagi standar spec global, ya kita jadi ketinggalan.

Ini bukan teknologi kontemporer. Yang namanya contactless itu sudah ada sejak2004-2005. Kita ngomong Jadi ini teknologi bahwa sudah terbukti keandalannya hadapan dunia sewaktu sepanjang. sedikit lagi 20 tahun. Jadi sudah terbukti hadapan seluruh dunia, bahwa ini jalan contactless. Terus Kemudian contactless untuk transit atau moda transportasi publik ibarat hadapan MRT, transport itu Visa sudah develop kembangkan sejak tahun 2010. Pertama kali hadapan KL, segera hadapan London, New York, Singapura. Ada 600-an kota hadapan dunia sudah nerimamenerima kartu Visa contactless untuk transit (MRT, Bus, Ferry, dll).

Editor’s picks

4. Transaksi contactless dekat bawah Rp1 juta gak pakai PIN, apakah aman?

Sbagaikan yang sudah saya bilang, teknologi contactless umurnya sudah agak 20 tahun. Teruji di ratusan kota di seluruh dunia aman contohnya menjumpai transit. Sudah terbukti lagi bahwa dengan teknologi contactless tidak ada penambahan fraud.

Kedua, masing-masing bank punya fraud detection system. Di mana bank-bank bisa me-manage risiko itu bertara memakai risk appetite-nya dia. Banyak bank men-set agak setiap kali kita transaksi pakai kartu contactless itu keluar SMS/notifikasi ke nasabah terbilang untuk memastikan betul transaksi itu mengenai si pemegang kartu.

Contoh saya pribadi, contactless card saya, atas semua bank yang saya punya kartu contactless-nya itu selantas kasih notifikasi setiap kali saya pakai transaksi. Kalau itu bukan transaksi saya, saya bisa langsung lapor minta dempet block. Bahkan bisa saya blok sendiri kalau bank terkemuka memakai fitur Visa yang disebut Visa Transaction Control.

Malah dengan itu luar biasa. Misalnya saya mau nge-block kartu saya supaya tidak bisa dipakai durasi tidur dari jam 12 malem sampai 6 pagi itu bisa saya block. Atau saya nggak mau kartu saya dipakai hadapan luar negeri, bisa saya block, karena location based pula. Jadi risiko-risiko itu bisa hadapan manage sebab bank itu sendiri bertimbal dengan appetite mereka. Dengan Visa Transaction Control, nasabah pula bisa mengatur sendiri.

5. Dari sisi literasi, seberjarak ini apa yang sudah dilakukan Visa? Ini kan nggak bisa dilakukan satu pihak saja.

Semenjak kita luncurkan contactless itu kita selalu buat program literasi. Literasinya ke penggunanya itu sendiri, utamanya melalui bank penerbit kartu. Kedua ke merchant. Merchant dengan pengguna perlu paham betul. coba. Kalau keduanya sudah paham dengan terbiasa, transaksi akan tidak terhambat di mana kasir toko bisa menawarkan atau pengguna bisa minta demi bayar pakai cara contactless.

Rata-rata kalau buka penerimaan contactless di suatu merchant, itu selalu ada promo hasil kerja klop pada Visa, maupun bank-bank terkait, supaya nasabah tertarik mencoba.

6. Apa tidak setaraQR setaracontactless? Ini kerap disamakan lantaran sama-sama tidak menggunakan kartu.

Saya setuju keduanya sama-sama pembayaran digital adapun tidak pakai sentuh. Dari sisi pengalaman nasabah memang sama-sama digital dan QR nge-tap layar smartphone, tapi seakuratnya teknologinya bukan tap tapi scan. Dia mesinnya melakukan scan ke barcode. Kalau Visa contactless bener-bener nge-tap pakai kartu, itu berdasarkan teknologi near- field communication (NFC), ada semacam antenanya.

QR itu cara bayar, di mana produk dasarnya merupakan sumber dananya, jadi dibalik reaksi scan barcode itu. Bayarnya pakai produk sumber devisa bahwa mana? Bisa pakai nilai tunai bahwa ada di produk e-money atau kartu daya tampung, bisa terus sumber dananya ketimbang produk kartu hutang.

Jadi istilah kita source of fund-nya melalui mana? Uangnya melalui mana? Di mana dananya berada, itu produk dasarnya.

QR itu pilihan, bagus pun buat pemakai. Karena kartu angsuran saya bisa masuk, kartu tagihan saya bisa masuk (dipakai) jadi sumber dananya.

7. Harapan pentrasi contactless dekat Indonesia bener-bener bisa tinggi?

Di level Asia Pasifik, Saya sih terus terang agak malu ya dibanding negara lain. Filipina saja penetrasi contactless sudah 30-40 persen, Vietnam 50 persen, Kamboja-Myanmar sudah 80-an persen, Singapura 95 persen ke atas, Australia 95 persen ke atas. Jadi kita pol ketinggalan. Supaya kita Jadi ya kalau mau sungguh-sungguh maju pembayarannya bagai negara lain, mudah-mudahan keempat hal yang saya sebut tadi, teknis spek kartu, sebaran alat penerima bayarnya, regulasi, bersama literasi bia mendorong.

Kartu daya muat di Indonesia habis lebih berjibun dibanding kartu kredit. Kalau orang-orang yang punya kartu daya muat card itu bisa bertransaksi dengan contactless, mudah-mudahan penetrasi bisa akan buru-buru ibarat negara-negara lain.

8. Contactless pembayaran masa depan?

Contactless ialah syarat perdana akan pembayaran masa depan. Kalau kartu kita belum contactless, maka kita belum benar-benar bisa contactless pakai ini (HP, red). Kalau contactless pakai plastics (kartu) aja belum bisa, kita tidak buat bisa ke teknologi berikutnya nan namanya token.

Dengan tokenisation, bentuk kartu plastik sudah tidak diperlukan lagi.Kartu Anda bisa bersetuju ke handphone, ke jam, bisa bersetuju ke cincin atau wearable lainnya. Itu pengembangan teknologi setelah kartu contactless. Setelah itu, the future ialah TV Anda, kulkas, mobil, bisa jadi alat bayar. Semua itu perlu contactless technology.

Di negara lain sudah mulai develop. TV nya sudah bener-bener adapun namanya Smart TV. Beberapa pabrik mobil terkenal sudah mulai bikin mobil adapun pembayaran sudah masuk antara dalam sistem mobil. Nanti tinggal parkir langsung terbayar, isi bensin langsung terbayar. That's the future of payment.